KAROMAH YM. AYAHANDA GURU
KAROMAH YM. AYAHANDA GURU
Oleh NiniekSS
Bismillah,
Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammad Wa Ala Ali Sayyidina Muhammad
Salam Sejahtera Bagi Seluruh Alam,
Puji dan syukur hanya kepada Allah Pemilik Seluruh Nikmat. Shalawat dan salam yang setulus-tulusnya semoga senantiasa tercurah atas Nabi Agung Muhammad Rasulullah SAW, bagi keluarga dan sahabatnya yang mulia serta para pengikut Beliau yang setia sampai akhir jaman. Aamiin.
Sahabat Pembaca Blog Yang Setia…
Yang senantiasa rajin mengikuti artikel-artikel saya dimanapun kalian berada. Semoga pagi ini kalian sudah lebih baik dari sebelumnya. Semoga pagi ini kalian semuanya sehat. Semoga pagi ini kalian bisa bersyukur atas beribu-ribu nikmat Allah yang Allah taburkan dalam hidup dan kehidupan kalian, yang mungkin luput dari perhatian kalian dan terlupa kalian syukuri.
Pagi ini saya ingin berbagi tentang pemahaman saya atas Karomah Para Kekasih Allah. Yang sering saya temui dalam hidup saya, yang tanpa saya sengaja ataupun saya sadari. Tahu-tahu sudah bertemu. Dan tahu-tahu segala keajaiban serta ketakjuban terjadi dalam sekejab. Jika sudah demikian, beribu keharuan dan kebahagiaan yang tak terperi mengaliri relung dada dan relung jiwa saya. Atas karunia besar ini. Sebab untuk bertemu dengan seorang kekasih Allah adalah merupakan karunia besar yang termasuk sulit digapai. Salah satu yang ingin saya ceritakan disini adalah karomah Ayahanda Guru saya yang mulia. Guru ruhani saya dunia hingga akherat.
YM. AYAHANDA GURU SAYYIDI SYECH KADIRUN YAHYA.
Beliau adalah Ayahanda Guru saya, yang bergelar Sayyidi Syech. Beliau telah lama berpulang, tahun 2001, berlindung dalam naungan Allah SWT. Tenang dan penuh kebahagiaan, abadi disisi Allah SWT. Beliau adalah Profesor dibidang kimia dan fisika serta ahli dibidang metafisika. Maka ketika Beliau menjelaskan perihal hubungan manusia dengan Allah SWT, tentang Isro’ Mi’raj Nabi SAW dengan pemahaman ilmu fisika dan kimia, alhamdulillah sangat mudah dan gamblang kami tangkap dan pahami.
Beliau adalah Guru Ruhani saya. Yang juga seorang kekasih Allah. Banyak pengalaman ruhani yang saya peroleh dengan beliau. Yang utamanya, beliau selalu menganjurkan agar kami semua murid-muridnya “jangan sampai meninggalkan sholat dan berdzikir”.
Dunia sudah semakin tua, maka dengan bedzikir kita semua akan terlindungi dari setiap bencana yang menggejala dimana-mana, didunia di sekeliling kita. Baik bencana yang timbul dari diri kita sendiri maupun dari luar diri kita. Yang bisa saja sewaktu-waktu menimpa kita dari dalam diri kita sendiri, dari kiri kanan kita, dari atas bawah kita dari depan atau belakang kita. Musibah bisa mengancam dari sekeliling kita ! dari mana-mana !
“Bencana dari dalam diri sendiri” bentuknya berbagai macam. Bisa sebagai keserakahan, kemunafikan, ketidakjujuran, kemalasan, ketidak setiaan, negatif thinking atau berburuk sangka, iri, dengki, sombong, merasa diri sakti berkaromah, merasa suci sehingga seolah-olah sudah begitu dekatnya dengan Allah SWT padahal sejatinya justru kebalikannya, dan berbagai sifat serta sikap negatif yang lain, yang akan menjerumuskan diri kita dari sisi Allah SWT serta jurang kesengsaraan yang sesungguhnya.
“Bencana dari luar diri” antara lain musibah bencana alam seperti banjir, gunung meletus, tsunami, gempa bumi, kecelakaan, kebakaran, kerampokan, sakit penyakit, kesusahan, kegelisahan, kesulitan, kecemasan, kepanikan, tidak lulus ujian, tidak naik pangkat, tidak harmonis rumah tangganya, banyak hutang, jauh dari ibadah, sakit penyakit, dibenci teman atau lingkungan dan lain sebagainya. Yang mana bencana dari luar ini juga tak lepas dari “akibat ulah diri sendiri” yang tak mampu mengendalikan nafsu diri sendiri, karena tak mau mawas diri atau meneliti diri sendiri seteliti telitinya.
Kami belum pernah bertatap muka langsung dengan beliau, namun dzikir yang Ayahanda Guru berikan, mampu merubah diri dan keadaan dengan senyata-nyatanya dari semua sikap dan perilaku buruk setiap muridnya, menjadi sifat dan perilaku hidup yang akhlakul karimah.
Semula pakaiannya tidak syar’i kemudian berubah menjadi syar’i
Salah satu contoh. Ada seorang murid yang masih baru, datang untuk ikut melingkar di surau kami untuk berdzikir berjamaah. Memakai pakaian ketat, tanpa jilbab. Kami semua ternganga risih. Tapi kami semua tak ada yang mengingatkannya sekalipun kami wajib saling mengingatkan untuk sebuah kebaikan.
Sayapun tak mengingatkannya dengan kata-kata, khawatir kalau murid baru tersebut tersinggung sehingga justru tidak mau datang lagi ke surau untuk berdzikir berjamaah. Apalagi kami belum kenal to ? Saya dan tentu teman-teman yang lain, mendoakan murid baru tersebut agar diberikan hidayah dalam hal berpakaian yang benar sebagai muslim serta mengenakan jilbab karena itu adalah wajib untuk seorang perempuan, menutupi auratnya.
Apalagi YM. Ayahanda Guru, yang telah mampu menembus dimensi ruang dan waktu tentu juga mendoakan semua murid-muridnya, memohonkan ampun atas dosa-dosa muridnya, serta mendoakan semua kesulitan dan kesusahan murid-muridnya agar diangkat oleh Allah SWT, dengan doanya yang sangat mustajabah.
Benar saja, ketika kami bertemu kembali dalam suatu dzikir bersama dengan murid baru yang dulu berpakaian ketat dan tak berjilbab itu, eh subhanallah…Alhamdulillah…ternyata dia sudah mengenakan pakaian yang longgar yang tak menampakkan aurat tubuhnya, dan juga telah berjilbab rapi. Tentu yang utama adalah karena “doa yang mustajabah dari Ayahanda Guru”. Dan doa kami semua untuk murid baru tersebut, alhamdulillah telah diijabah dalam bentuk kebaikan-kebaikan oleh Allah SWT. Amiin.
Itulah salah satu kharomah seorang kekasih Allah. “Doanya sangat mustajabah !”
Oleh karena itu jika kita bisa bertemu atau bersilaturahmi dengan para kekasih Allah, alangkah beruntungnya hidup kita, karena langsung ataupun tidak, hidup kita akan menjadi tercerahkan.
Beroleh tumpangan bis yang ajaib
Suatu hari, saya dan suami saya diajak oleh kakak ipar saya, laki-laki, kerumah kenalannya di daerah Bugel, Begelen Jawa Tengah. Dekat dengan makam Nyai Begelen yang terkenal itu. Kalau makam Nyai Begelen diseberang timur jalan raya yang menuju arah Yogyakarta dari Purworejo, maka rumah kenalan kakak ipar ada di seberang barat dari jalan raya, jadi berlawanan arah dengan makam Nyai Begelen.
Setelah ngobrol panjang lebar dengan tuan rumah, tak terasa sudah maghrib. Kami berjamaah di mushollanya ayah dari kenalan kakak ipar ini. Sebuah musholla kecil yang terletak diantara pepohonan jati yang daunnya sudah pada meranggas. Menimbulkan sensasi tersendiri ketika kami berjalan diantara pepohonan jati yang menjulang tinggi menuju ke musholla yang agak jauh dari rumah. Ketika kami sholat, rasanya seperti berada di masjid tiban ditengah hutan. Sepiii, hanya suara jangkrik dan serangga malam yang suaranya kraaak…kraaak…kraaak memerindingkan bulu roma.
Setelah selesai sholat maghrib, kami langsung pamitan pulang. Menuju jalan raya kembali yang juga agak jauh dari rumah kenalan kakak ipar itu. Melewati rerimbunan pohon besar, melewati sawah-sawah. Bagi orang-orang pedesaan suasana ini tentu sudah biasa, tapi bagi kami yang biasa tinggal didaerah kota yang dimana-mana terang benderang, tentu suasana gelap-gelap seperti ini menimbulkan sensasi lain dalam hati. He he dasar penakut !
Satu jam telah berlalu, mobil yang lalu lalang lewat tak ada satupun yang mau berhenti ketika kami stop. Memang daerahnya termasuk jalan bebas hambatan, apalagi malam hari, jadi kendaraan yang lewat selalu kencang. Hampir putus asa kami menyetop kendaraan untuk pulang. Haripun semakin malam. Eh secara spekulasi saya meminta tolong secara ruhani kepada Guru saya Ayahanda Guru, waktu itu Ayahanda masih hidup :”Ayah tolong..tak ada kendaraan yang mau distop Ayah”…karena sudah lelah berdiri, jongkok, berdiri, jongkok lagi, dipinggir jalan, menunggu kendaraan yang lewat.
Eh ajaib, begitu hati saya selesai mohon pertolongan kepada Ayah Guru secara ruhani... Tiba-tiba ada bis yang lewat dan mau berhenti ketika kami stop, padahal sebelumnya berapa puluh kendaraan saja yang terus bablas ketika kami stop. Alhamdulillah Ya Allah, berkat doa yang Ayah Guru sampaikan kepada Allah untuk menolong kami, tanpa menunggu menit, hanya bilangan detik langsung dikabulkan oleh Allah SWT. “Itulah doa seorang Wali Allah”. Dan ajaibnya lagi, bis yang kami tumpangi, melewati rumah dokter dimana kakak ipar saya mau minta surat ijin untuk kantornya karena sudah beberapa hari meninggalkan pekerjaannya.
Padahal rumah dokter itu berada didalam kota. Sedangkan biasanya bis yang datang selalu melewati jalan lingkar kota, tak pernah lewat jalur dalam kota. Jika memikirkan hal itu, hingga sekarangpun rasanya belum hilang ketakjuban saya pada kebesaran Allah SWT. Dan sepertinya Allah selalu mengabulkan doa hambaNya yang dikasihiNya secepat kilat ! Bahkan sering kali tak akan mampu dinalar oleh otak kita. Subhanallah…
Kisah kandang rusa yang rusak
Ayahanda Guru itu pecinta binatang. Beliau mempunyai berbagai binatang kesayangan di surau kediamannya, seperti burung-burung, rusa, dan lain-lain. Sehingga para muridnyapun banyak yang kemudian mencontoh Beliau menyayangi binatang yang dipelihara dirumah masing-masing, dengan dirawat secara seksama penuh kasih sayang. Seolah-olah itu kepunyaan Ayahanda Guru.
Didaerah Clapar, ada seorang murid Ayahanda Guru yang memelihara rusa dikediamannya. Rusa yang memang dinisbatkan sebagai hadiah kepada Ayahanda Guru. Rumah berbentuk joglo dengan pendopo yang lumayan luas. Dengan taman yang begitu asri, tak jauh didepannya, ada sungai yang membentang dengan air pegunungan yang begitu jernih. Udara pegunungan yang sejuk menambah kerasan siapa saja yang bertamu kesana. Saya juga pernah beberapa kali kesana bahkan pernah menginap. Saya juga sempat melihat rusa yang dihadiahkan kepada Ayahanda Guru tersebut. Sehat. Terlihat dari badannya yang gemuk dan bulunya yang mengkilat dan gerakannya yang gesit.
Nah...Ada cerita nih. Suatu hari murid tersebut diberitahu bahkan ditegur oleh Ayahanda Guru :”Mengapa kandang rusa Ayah rusak berlubang kok didiamkan saja ? Tuh rusanya melapor kepada Ayah” Kata Ayahanda kemudian. Murid tersebut heran, dalam hatinya bergumam :”Lah kalau begitu Ayahanda faham bahasa binatang ?” Kalau tidak, mengapa Ayahanda Guru yang berada di Jakarta kok bisa tahu keadaan kandang rusa yang berada di Clapar Kebumen ? Sedangkan dia yang memeliharapun tidak tahu kalau kandang rusa Ayahanda rusak berlubang.
Ayahanda tidak marah, hanya berpesan :”Segera perbaiki ya ? Kalau jebolnya makin lebar nanti rusa Ayah kabur looh...”
Sapi yang melapor...
Ayahanda Guru mempunyai sapi kesayangan yang didatangkan dari luar Jawa. Suatu saat petugas yang ditugasi mengurus sapi ditegur sama Ayahanda Guru :”Kau apakan sapi Ayah ? Dia melapor kepada Ayah, katanya habis kau pukul dia ya, padahal dia tak bersalah ? Ayo minta maaf padanya !”. Maksudnya Ayah memerintah petugas pemelihara sapi itu agar meminta maaf karena telah memukul sapi Ayahanda yang konon tak bersalah.
Petugas pemelihara sapi sangat takut kepada Ayahanda, karena memang benar baru saja ia memukul sapi Ayahanda, karena kesal kepada sapi itu sebab menumpahkan minuman yang telah disediakan dalam ember. Karuan saja Petugas itu kesal karena harus membersihkan kandang.
Meredam Gunung Galunggung...
Ketika gunung Galunggung di daerah Tasikmalaya pernah meletus, dan lahar dinginnya merendam rumah-rumah satu kecamatan di sekelilingnya, masyarakat yang terdampak sangatlah panik dan menderita. Pemerintah daerah setempatpun tak mampu berbuat apa-apa meski segala daya upaya telah diupayakan karena gunung itu terus memuntahkan lahar dinginnya, sehingga masyarakat yang terdampak bukan saja di wilayah kecamatan setempat tetapi semakin meluas.
Hal ini menjadi keprihatinan yang amat sangat bagi masyarakat yang terdampak serta pemerintah daerah setempat. Karena lahar dingin yang dikeluarkan oleh gunung Galunggung hingga mencapai atap rumah, bahkan banyak yang atapnya terkubur sama sekali oleh lahar dingin itu sehingga atap-atap rumahnya tak kelihatan lagi. Miris sekali bukan ?
Nah kebetulan disana ada seorang murid YM. Ayahanda Guru yang mempunyai inisiatif untuk menyampaikan kepada kepala daerah setempat, untuk meminta pertolongan YM. Ayahanda Guru. Tanpa berpikir panjang maka segera dikoordinasi untuk meminta bantuan penanggulangan gunung Galunggung kepada YM. Ayahanda Guru.
Singkat cerita, atas kesepakatan bersama antara YM. Ayahanda Guru dengan Pemerintah Daerah setempat, maka segera dilaksanakan pemadaman gunung Galunggung. Yang diutus untuk melaksanakan pemadaman itu adalah asusten terpercaya YM. Ayahanda Guru, Kolonel Sudjono Danawangsa. Dengan membawa piranti yang telah didoakan oleh YM. Ayahanda Guru, Sang kolonelpun segera menuju kawah Gunung Galunggung dengan helicopter Angkatan Darat yang telah disediakan.
Tanpa menunggu waktu lama, setelah piranti itu dijatuhkan dari atas kepundan gunung, hanya beberapa menit kemudian, semburan lahar dingin yang keluar dari kepundanpun berhenti seketika. Hingga sekarang tak pernah berulah lagi. Subhanallah.
Kebetulan kami sekeluarga mengenal dekat dengan beliau Kolonel Sudjono Danawangsa. Beliaupun sering berkunjung ketempat kontrakan kami, dan menginap beberapa hari. Dari beliaulah saya mendengar kisah langsung bagaimana prosesi pemadaman meletusnya Gunung Galunggung di Tasikmalaya. Pak Jono, begitu kami memanggil beliau.
Murid-murid Tarekat YM. Ayahanda Guru tersebar di seluruh dunia...
Ayahanda Guru, mempunyai murid di seluruh dunia yang menurut catatan tak kurang dari 17 juta orang. Yang pada setiap Hari Guru, mereka termasuk saya pada datang bersilaturahmi di kediaman beliau di Wilayah Arco Bogor. Meskipun beliau telah berlindung disisi Allah, semua kenangan ruhani bersama beliau takkan hilang selama hayat dikandung badan. Kharismatiknya, fatwa-fatwanya, serta teguran-tegurannya selalu sangat berkesan dihati setiap kami para muridnya. Meskipun saya secara pribadi belum pernah bertemu.
Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua.
Terima kasih atas kunjungan kalian di Blog ini. Semoga Allah SWT. seniantiasa melimpahkan ampunan, keselamatan serta keberkahan yang luas kepada kita sekalian. Amin Yaa Robbal’alamin.
Edisi Revisi, Purworejo 1 September 2024
Salam Tauhid Penulis,
NiniekSS