BLOG NINIEK SS

0852 2840 1939 || 0877 3259 8747

http://solusi-sakit-maag.blogspot.com/2014/07/resensi-buku-rahasia-sembuh-sakit-maag.html

Kumpulan Humor Nashrudin 2

Nashrudin Hoja
 
Nashrudin adalah seorang sufi yang hidup di kawasan sekitar Turki pada abad-abad kekhalifahan Islam hingga penaklukan Bangsa Mongol. Sewaktu masih sangat muda, Nashrudin selalu membuat ulah yang menarik bagi teman-temannya, sehingga mereka sering lalai akan pelajaran sekolah.
 
Maka gurunya yang bijak bernubuwat: "Kelak, ketika engkau sudah dewasa,engkau akan menjadi orang yang bijak. Tetapi, sebijak apa pun kata-katamu, orang-orang akan menertawaimu."


Nashruddin Dan Filsafat
 
Ketika Timur Lenk menguasai kota Aq Syahr, datang seorang pengikut filsafat. Ia mengutarakan kepada Timur Lenk, dengan bantuan seorang juru bicara, bahwa ia ingin menguji ulama Aq Syahr.
 
Timur Lenk mengumpulkan seluruh ulama dan berkata pada mereka, "Seorang laki-laki ahli filsafat ingin menguji kalian. Jika tidak seorangpun dapat menjawab pertanyaannya, mereka menganggap bahwa negara Romawi tidak memiliki seorang ulama pun, dan bahwa ilmu itu telah sirna. Bila hal itu terjadi, harga diri kalian hilang."
 
Ulama Aq Syahr lalu berkumpul di suatu ruangan khusus dan memusyawarahkan masalah tersebut. Mereka agak putus asa memikirkan bagaimana caranya mengatasi bahaya yang siap menghadang di hadapan mereka. Bahkan mereka akan menyewa ulama dari luar daerah untuk menghadapinya, meskipun tempatnya jauh.
 
Akhirnya mereka sepakat untuk mengajukan Syekh Nashruddin. Mereka mengutus seseorang untuk menemuinya, dan Nashruddin pun menerima kedatangan mereka. Lalu diutarakanlah apa yang mengganggu pikiran mereka.
 
Nashruddin berfikir sejenak, lantas berkata: "Serahkan urusan ini kepadaku!"
 
Mereka bertanya, "Apa yang akan anda lakukan?"
 
Nashruddin menjawab, "Aku akan mengadakan tanya jawab dengannya. Jika jawabanku tepat, itu bagus. Bila tidak, aku pasti akan berkata 'Aku laki-laki jadzab, aku masuk sesuai kehendak hatiku'. Lalu kalian hendaknya berkata, 'Kami tidak menganggapnya sebagai orang pandai.' Lalu datangkan orang selain aku! Bila aku berhasil, kalian harus memberiku hadiah."
 
Mereka menjawab, "Baiklah, apapun yang anda inginkan, akan kami usahakan.Yang penting, laki-laki itu harus kalah."
 
Pada hari yang telah ditentukan, sebuah panggung didirikan di sebuah lapangan yang luas. Timur Lenk duduk dengan pakaian perang dikelilingi para prajurit yang bersenjata lengkap.
 
Laki-laki ahli filsafat itu hadir. Rambutnya tidak menarik dan bentuknya lucu. Ia lalu duduk di dekat singgasana kerajaan. seluruh hadirin menunggu kedatangan Syekh Nashruddin, rival ahli filsafat itu.
 
Nashruddin hadir dengan mengenakan surban besar dan berjubah. Di belakangnya mengiringi para muridnya, di antaranya Hamad. Mereka berdua masuk ke panggung dan Nashruddin duduk di sebelah Timur Lenk. Setelah minum dan istirahat sejenak, ahli filsafat itu maju ke tengah dan membuat lingkaran. Ia lalu menunggu jawabannya dengan memandang ke arah Nashruddin.
 
Nashruddin berdiri dan menancapkan tongkatnya tepat di tengah lingkaran. Ia membagi lingkaran menjadi dua bagian, dan memandang ke arah ahli filsafat. Lalu Nashruddin membuat garis lagi, sehingga lingkaran terbagi menjadi empat bagian. Tiga bagian menuju ke arah Nashruddin dengan isyarat jari dan satu bagian untuk si ahli filsafat. Nashruddin meletakkan kedua tangannya di belakang punggung yang diarahkan ke ahli filsafat. Ahli filsafat puas dengan apa yang dilakukan Nashruddin itu. Ia merasa, bahwa Nashruddin tahu apa yang dimaksudkannya.
 
Selanjutnya ahli filsafat membuat kedua tangannya dan membentuknya seperti kerah baju. Lalu kedua tangan itu diturunkan dari atas ke bawah dan jari jemarinya terbuka, lalu kedua tangannya dinaikkan ke udara beberapa kali. Nashruddin berbuat sebaliknya: membuka jari jemarinya dan iturunkan ke bawah. Ahli filsafat puas dengan apa yang dilakukan Nashruddin.
 
Setelah itu, ahli filsafat meletakkan jari jemarinya di atas tanah dan berjalan merangkak sebagaimana layaknya binatang. Ia mengisyaratkan ke arah perut, seakanakan keluar sesuatu dari dalam perutnya. Nashruddin mengeluarkan sebutir telur dari saku dan menggerakkan kedua tangannya seakan hendak terbang.
 
Melihat jawaban Nashruddin, ahli filsafat itu sangat puas dan kagum. Ia maju ke arah Nashruddin dan mencium tangannya dengan penuh penghormatan. Ia mengatakan, bahwa Aq Syahr beruntung mempunyai seorang cerdik pandai seperti Nashruddin.
 
Seluruh hadirin memberikan ucapan selamat kepada Nashruddin dan memberikan hadiah yang melimpah serta uang banyak. Bahkan ada yang menjanjikan harta benda di lain waktu. Tidak ketinggalan Timur Lenk memberi hadiah kepada Nashruddin dan menempatkannya di kelompok orang kaya.
 
Setelah semua penonton bubar, Timur Lenk dan para pengawalnya mengelilingi ahli filsafat dan bertanya dengan bantuan juru bahasa, "Kami tidak mengerti isyarat-isyarat yang anda lakukan dengan Syekh Nashruddin. Jelaskan kepada kami apa yang terjadi sebenarnya?"
 
Ahli filsafat menjawab, "Melihat perselisihan ulama filsafat Yunani dan ulama Bani Israil tentang terbentuknya alam semesta, saya tidak tahu apa pendapat ulama Islam tentang hal tersebut. Maka saya ingin mempelajarinya. Saya isyaratkan pada Nashruddin bahwa bumi itu bulat dan besar. Nashruddin membenarkan ucapan saya dan berkata, 'Bumi itu terbagi menjadi dua bagian. Setengah lingkaran utara dan setengah belahan selatan.' Lalu Nashruddin membaginya menjadi empat bagian. Tiga bagian ke arahnya dan satu bagian ke arahku. Ia mengisyaratkan, bahwa tiga bagian bumi adalah lautan dan satu bagian daratan. Nashruddin juga memberitahukan bahwa bumi terbagi menjadi tujuh negara. Lebih lanjut saya isyaratkan isi bumi dan rahasianya dengan mengangkat jari jemari ke udara dan menggerakkannya, maksudku tumbuh-tumbuhan, barang tambang dan bagaimana proses terjadinya. Syekh Nashruddin mengangkat kedua tangannya menunjuk ke bawah dan mengisyaratkan turunnya hujan adalah ke bawah, yang tercurah dari langit. Kekuatan matahari dan pengaruh makhluk angkasa di bundaran bumi membantu proses bumi, sehingga mendatangkan kekuatan yang terkandung di dalamnya. Cara Nashruddin menjelaskan hal itu sesuai dengan pendapat ulama filsafat periode akhir. Kemudian aku isyaratkan tentang perkembang-biakan makhluk dengan melalui proses pembuahan. Namun banyak yang terlewatkan olehku, lalu Nashruddin bermaksud menunjukkan sebagian dari makhluk secara global. Karena itu, saya jadi tahu bahwa Syekh kalian memang pandai dan menguasai pengetahuan tentang langit dan bumi, maupun ilmu logika dan ketuhanan. Dan ia termasuk seorang ahli filsafat. Kalian patut bangga dengan adanya ahli filsafat seperti dia di negeri kalian."
 
Lalu mereka berpamitan kepada ahli filsafat dengan penuh penghormatan. Setelah itu mereka ganti menjumpai Nashruddin dan meminta penjelasan atas jawaban-jawabannya.
 
Berkatalah Nashruddin kepada mereka, "Ahli filsafat itu sedang kelaparan seperti halnya diriku. Ketika ia menggambar lingkaran, maksudnya adalah bahwa di depan rumahnya terdapat kue berbentuk seperti lingkaran yang dibuatnya. Aku membaginya menjadi dua bagian dengan maksud agar sama rata. Akan tetapi, karena ia tidak faham, aku membaginya menjadi empat bagian. Tiga bagian untukku dan satu bagian untuknya. Ia setuju dan mengiyakan dengan isyarat kepala.
 
Selanjutnya, ia mengisyaratkan beras di atas api. Aku isyaratkan kepadanya tentang memasukkan pula bumbu, garam, kismis, dan fustuq ke dalamnya. Ketika berjalan ia bermaksud memberitahukan bahwa dirinya sangat lapar dan menginginkan makanan lezat. Aku isyaratkan kepadanya, bahwa dirku bahkan lebih lapar darinya yang nyaris membuatku terbang karenanya. Pagi hari aku ingin membuat kue, namun yang kutemukan hanya sebutir telur pemberian istriku. Aku belum sempat menelannya ketika kalian memanggilku. Lalu kumasukkan ke dalam saku dan menjaganya secara hati-hati."
 
Seluruh hadirin berkata, "Demi Allah, ini hal yang hebat dan menakjubkan! Bagaimana anda mengerti permasalahannya dan menjawab seperti itu? Ahli filsafat menerima dan membenarkan jawaban Anda, padahal jawaban Anda tersebut tidak seperti yang diinginkannya." Demikianlah, mereka semua bergembira dan tertawa riang lalu pulang ke rumah masing-masing. Sekalipun demikian mereka tetap bingung.
(baca cerita sejenis dari tradisi Kristiani dan Zen Buddha)
 
Perusuh Rakyat
 
Kebetulan Nashrudin sedang ke kota raja. Tampaknya ada kesibukan luar biasa di istana. Karena ingin tahu, Nashrudin mencoba mendekati pintu istana. Tapi pengawal bersikap sangat waspada dan tidak ramah.
 
"Menjauhlah engkau, hai mullah!" teriak pengawal. [Nashrudin dikenali sebagai mullah karena pakaiannya]
 
"Mengapa ?" tanya Nashrudin.
 
"Raja sedang menerima tamu-tamu agung dari seluruh negeri. Saat ini sedang berlangsung pembicaraan penting. Pergilah !"
 
"Tapi mengapa rakyat harus menjauh ?"
 
"Pembicaraan ini menyangkut nasib rakyat. Kami hanya menjaga agar tidak ada perusuh yang masuk dan mengganggu. Sekarang, pergilah !"
 
"Iya, aku pergi. Tapi pikirkan: bagaimana kalau perusuhnya sudah ada di dalam sana ?" kata Nashrudin sambil beranjak dari tempatnya.
 
Api
 
Hari Jum`at itu, Nashrudin menjadi imam Shalat Jum`at. Namun belum lama ia berkhutbah, dilihatnya para jamaah terkantuk-kantuk, dan bahkan sebagian tertidur dengan lelap. Maka berteriaklah Sang Mullah,
 
"Api ! Api ! Api !"
 
Segera saja, seisi masjid terbangun, membelalak dengan pandangan kaget, menoleh kiri-kanan. Sebagian ada yang langsung bertanya,
 
"Dimana apinya, Mullah ?"
 
Nashrudin meneruskan khutbahnya, seolah tak acuh pada yang bertanya,"Api yang dahsyat di neraka, bagi mereka yang lalai dalam beribadah."
 
Yang Benar-Benar Benar
 
Nashrudin sedang menjadi hakim di pengadilan kota. Mula-mula ia mendengarkan dakwaan yang berapi-api dengan fakta yang tak tersangkalkan dari jaksa. Setelah jaksa selesai dengan dakwaannya, Nashrudin berkomentar: "Aku rasa engkau benar."
 
Petugas majelis membujuk Nashrudin, mengingatkan bahwa terdakwa belum membela diri. Terdakwa diwakili oleh pengacara yang pandai mengolah logika, sehingga Nashrudin kembali terpikat. Setelah pengacara selesai, Nashrudin kembali berkomentar: "Aku rasa engkau benar."
 
Petugas mengingatkan Nashrudin bahwa tidak mungkin jaksa betul dan sekaligus pengacara juga betul. Harus ada salah satu yang salah ! Nashrudin menatapnya lesu, dan kemudian berkomentar: "Aku rasa engkau benar."
 
Tampak Seperti Wujudmu
 
Nashrudin sedang merenungi harmoni alam, dan kebesaran Penciptanya.
 
"Oh kasih yang agung. Seluruh diriku terselimuti oleh-Mu. Segala yang tampak oleh mataku. Tampak seperti wujud-Mu."
 
Seorang tukang melucu menggodanya, "Bagaimana jika ada orang jelek dan dungu lewat di depan matamu ?"
 
Nashrudin berbalik, menatapnya, dan menjawab dengan konsisten:  "Tampak seperti wujudmu."
 
Mimpi Religius
 
Nashrudin sedang dalam perjalanan dengan pastur dan yogi. Pada hari kesekian, bekal mereka tinggal sepotong kecil roti. Masing-masing merasa berhak memakan roti itu.
 
Setelah debat seru, akhirnya mereka bersepakat memberikan roti itu kepada yang malam itu memperoleh mimpi paling relijius. Tidurlah mereka.
 
Pagi harinya, saat bangun, pastur bercerita: "Aku bermimpi melihat kristus membuat tanda salib. Itu adalah tanda yang istimewa sekali."
 
Yogi menukas, "Itu memang istimewa. Tapi aku bermimpi melakukan perjalanan ke nirwana, dan menemui tempat paling damai."
 
Nashrudin berkata, "Aku bermimpi sedang kelaparan di tengah gurun, dan tampak bayangan nabi Khidir bersabda 'Kalau engkau lapar, makanlah roti itu.' Jadi aku langsung bangun dan memakan roti itu saat itu juga.
 
Nasib Dan Asumsi
 
"Apa artinya nasib, Mullah ?"
 
"Asumsi-asumsi."
 
"Bagaimana ?"
 
"Begini. Engkau menganggap bahwa segalanya akan berjalan baik, tetapi kenyataannya tidak begitu. Nah itu yang disebut nasib buruk. Atau, engkau punya asumsi bahwa halhal tertentu akan menjadi buruk, tetapi nyatanya tidak terjadi. Itu nasib baik namanya. Engkau punya asumsi bahwa sesuatu akan terjadi atau tidak terjadi, kemudian engkau kehilangan intuisi atas apa yang akan terjadi, dan akhirnya berasumsi bahwa masa depan tidak dapat ditebak. Ketika engkau terperangkap di dalamnya, maka engkau namakan itu nasib."
 
Menjual Tangga
 
Nashrudin mengambil tangganya dan menggunakannya untuk naik ke pohon tetangganya. Tetapi sang tetangga memergokinya.
 
"Sedang apa kau, Nashrudin ?"
 
Nashrudin berimprovisasi, "Aku ... punya sebuah tangga yang bagus, dan sedang aku jual."
 
"Dasar bodoh. Pohon itu bukan tempat menjual tangga!" kata sang tetangga,marah. Nashrudin bergaya filosof. "Tangga, bisa dijual di mana saja."
 
Jatuh Ke Kolam
 
Nashrudin hampir terjatuh ke kolam. Tapi orang yang tidak terlalu dikenal berada di dekatnya, dan kemudian menolongnya pada saat yang tepat. Namun setelah itu, setiap kali bertemu Nashrudin orang itu selalu membicarakan peristiwa itu, dan membuat Nashrudin berterima kasih berulang-ulang.
 
Suatu hari, untuk yang kesekian kalinya, orang itu menyinggung peristiwa itu lagi. Nashrudin mengajaknya ke lokasi, dan kali ini Nashrudin langsung melompat ke air.
 
"Kau lihat! Sekarang aku sudah benar-benar basah seperti yang seharusnya terjadi kalau engkau dulu tidak menolongku. Sudah, pergi sana!"
 
Pada Sebuah Kapal
 
Nashrudin berlayar dengan kapal besar. Cuaca cerah menyegarkan, tetapi Nashrudin selalu mengingatkan orang akan bahaya cuaca buruk. Orang-orang tak mengindahkannya. Tapi kemudian cuaca benar-benar menjadi buruk, badai besar menghadang, dan kapal terombang ambing nyaris tenggelam. Para penumpang mulai berlutut, berdoa, dan berteriak-teriak minta tolong. Mereka berdoa dan berjanji untuk berbuat sebanyak mungkin kebajikan jika mereka selamat.
 
"Teman-teman!" teriak Nashrudin. "Jangan boros dengan janji-janji indah! Aku melihat daratan!"

Jubah Hitam
 
Nashrudin berjalan di jalan raya dengan mengenakan jubah hitam tanda duka, ketika seseorang bertanya, "Mengapa engkau berpakaian seperti ini, Nashrudin? Apa ada yang meninggal."
 
"Yah," kata sang Mullah, "Bisa saja terjadi tanpa kita diberi tahu."
 
Pelayan Raja
 
Nashrudin menjadi orang penting di istana, dan bersibuk mengatur urusan di dalam istana. Suatu hari raja merasa lapar. Beberapa koki menyajikan hidangan yang enak sekali.
 
"Tidakkah ini sayuran terbaik di dunia, Mullah ?" tanya raja kepada Nashrudin.
 
"Teramat baik, Tuanku."
 
Maka raja meminta dimasakkan sayuran itu setiap saat. Lima hari kemudian, ketika koki untuk yang kesepuluh kali memasak masakan yang sama, raja berteriak: "Singkirkan semuanya! Aku benci makanan ini!"
 
"Memang sayuran terburuk di dunia, Tuanku." ujar Nashrudin.
 
"Tapi belum satu minggu yang lalu engkau mengatakan bahwa itu sayuran terbaik."
 
"Memang benar. Tapi saya pelayan raja, bukan pelayan sayuran."
Labels: Humor Nashrudin

Thanks for reading Kumpulan Humor Nashrudin 2. Please share...!

0 Komentar untuk "Kumpulan Humor Nashrudin 2"

Back To Top