BLOG NINIEK SS

0852 2840 1939 || 0877 3259 8747

http://solusi-sakit-maag.blogspot.com/2014/07/resensi-buku-rahasia-sembuh-sakit-maag.html

KAROMAH SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO KE – IX


 

KAROMAH SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO KE – IX

Oleh : NiniekSS

Bismillah,

“Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammad Wa Ala Ali Sayyidina Muhammad”

Sahabat NiniekSS yang berbahagia dimanapun Anda berada...

Bagaimana kabarnya ? Semoga Anda sekeluarga sehat selalu, berbahagia dan sejahtera dalam lindungan Allah SWT. Amin Yaa Robbal’alamin...

Sahabat, kali ini saya ingin menyampaikan kisah tentang karomah beliau, Sri Sultan Hamengkubuwono ke IX...

Siapa yang tidak tahu bahwa beliau dulu adalah seorang Raja Besar di Yogyakarta ?  Seorang sultan di wilayah kasultanan Yogyakarta Hadiningrat. Tetapi sekarang beliau sudah mangkat. Pernah menjabat sebagai Wakil Presiden ketika masa pemerintahan Presiden Suharto.

Kesederhanaannya dan kearifannya sangat menonjol.  Kecintaannya pada rakyat kecil sangat dirasakan oleh seluruh rakyat di Wilayah Yogyakarta. Ketika ingin memberikan perhatiannya kepada seorang kawulanya rakyat kecil di daerah Yogyakarta, beliau sering menyamar menjadi peminta-minta.

Dagangan menjadi laris setelah didatangi Sultan

Konon beliau pernah mendatangi seorang ibu-ibu janda tua penjual kacang goreng di pasar Beringharjo Yogyakarta, pasar terbesar di Yogyakarta. Beliau menyamar sebagai seorang peminta-minta.

Penjual kacang goreng ini sejak pagi hingga siang hari belum ada seorangpun yang membeli kacang gorengnya. Ketika ada seorang peminta-minta datang, yang sebenarnya beliau ini adalah Sri Sultan Hamengkubuwono ke IX, diberinya kacang goreng, karena belum mendapat uang sepeserpun.

Memang ibu janda ini adalah seorang yang ikhlas hati. Meskipun ia belum mendapatkan uang sejak pagi, ia rela memberikan kacang gorengnya kepada peminta-minta itu karena sangat merasa kasihan.

Setelah diberi kacang goreng ini, peminta-mintapun segera berlalu. Aneh !  setelah itu, kacang gorengnya tiba-tiba banyak sekali yang membelinya, bahkan sekejab saja langsung habis.

Penjual kacang goreng, ibu janda yang sudah tua yang tak mau menggantungkan hidup kepada anak-anaknya, dan melakoni hidupnya dengan jualan kacang goreng ini, lalu membatin :”Jangan-jangan yang datang sebagai pengemis tadi apa Ngarso Dalem ya ?” (sebutan rakyat kecil kepada rajanya). Wah, pasti iya, siapa lagi kalau bukan Ngarso Dalem ! pikirnya takjub dan merasa sangat begjo (beruntung) karena telah didatangi oleh rajanya yang sangat dikaguminya, sehingga kacang gorengnya sesudahnya menjadi laris, habis dibeli orang.

Bukan hanya hari itu saja dagangan kacang gorengnya menjadi laris. Namun sejak itu, ibu janda itu “selalu laris” jualannya. Setiap hari, dalam waktu yang tak begitu lama, jualannya selalu habis. Ia sangat bersyukur kepada Gusti Yang Murbeng Dumadi (Allah Yang Menguasai Seluruh Makhluk), atas keberkahan ini, yang telah meringankan hidupnya sejak kedatangan Ngarso Dalem yang menyamar menjadi peminta-minta di Pasar Beringharjo.

Itu salah satu fenomena betapa Sri Sultan Hamengku Buwono ke IX sangat dicintai dan mencintai rakyatnya serta mempunyai karomah yang besar.

Ada beberapa pengalaman yang  saya alami langsung berkenaan dengan beliau Sri Sultan Hamengu Buwono ke IX ini.

Dulu tahunnya sudah lupa kalau tidak salah tahun 1982, saya pernah tergabung dalam Tim Pendamping Pembicara Nasional GOLKAR, dari Tingkat I Jawa Tengah. Waktu itu kami bertugas mendampingi Sri Sultan Hamengku Buwono ke IX ketika kampanye Partai GOLKAR di Kabupaten Wonosobo, beliau selaku Pembicara Nasional dari Partai GOLKAR.

Para fungsionaris GOLKAR dari seluruh kabupaten se Jawa Tengah berkumpul di kabupaten Wonosobo. Dan beribu-ribu pendukung Partai GOLKAR juga hadir dalam acara tersebut.

Dari luar kota, kami menginap ditempatkan dalam sebuah hotel dimana kamar tidur Sri Sultan dengan kamar tidur saya bersama rombongan ibu-ibu dari Semarang berdekatan. Sebelum acara kampanye dimulai, kami menyempatkan untuk berfoto bersama Sri Sultan.

Pengalamanku Pundakku ditepuk 3 x oleh Beliau...

Dalam kesempatan itu, sebelum kami berfoto bersama, tiba-tiba Sri Sultan melambaikan tangan kearah kami rombongan ibu-ibu, dimana kami berdiri agak berjauhan dengan beliau. 

Kami rombongan ibu-ibu ada sekitar 40-an orang. Saya kira yang dipanggil adalah ibu-ibu yang lain, tak mungkinlah saya, karena saya tahu diri, bukan isteri pejabat seperti yang lain, yang terdiri dari para isteri bupati dari seluruh Jawa Tengah. Sedangkan saya hanyalah fungsionaris Sekretaris Forum Wanita dari Biro Peranan Wanita DPD GOLKAR Tk I Jawa Tengah. Orang kecil, sekedar bisa berjajar bersama mereka karena prestasi. 

Ketika beberapa ibu berusaha mendekat kearah Sri Sultan untuk bertanya apakah mereka yang beliau panggil, ternyata Sri Sultan berkata :”Bukan..bukan…Ibu itu…” sambil menunjuk kearah diri saya. Sayapun terkesima, apakah tidak salah Sri Sultan memanggil diri saya, sepertinya tak mungkinlah.

Saya berdebar-debar. “Ada apa ya Sri Sultan memanggil saya ?” tanya saya dalam hati.. “Saya Sri Sultan ?” sambil saya menepuk dada saya. “Iya benar sini Jeng”..Sayapun segera mendekat kearah beliau ketika sudah mendapat kepastian bahwa memang benar sayalah yang beliau panggil. Begitu saya mendekat. Beliau menepuk pundak saya hingga tiga kali :”Teruskan perjuangan kita ya Jeng”…Dan anehnya pada waktu itu saya tak menanyakan kepada beliau, perjuangan manakah yang dimaksud !

Hingga detik inipun saya tak mengerti apa yang beliau maksud dengan perjuangan itu. Namun saya lebih menangkap makna bahwa sepertinya beliau ingin menyampaikan pesan, jadilah kita semua orang yang bermanfaat bagi orang banyak. Menjadi orang yang akhlakul karimah dan bermanfaat hidupnya. Subhanallah.

Disapa oleh seorang sultan, apalagi sampai ditepuk pundaknya, bagi kalangan tertentu merupakan sebuah karunia yang luar biasa. Meskipun saya bukan warga daerah Istimewa Yogyakarta, sayapun sempat terkesima juga ketika dipanggil oleh beliau, apalagi sampai ditepuk pundak saya.


Bukan karena apa, saya merasa tersanjung karena beliau adalah seseorang yang teramat dekat dengan Allah, sangat tawadhuk, sangat dekat dengan orang kecil, seorang raja besar, apalagi dalam kedudukan beliau sebagai wakil presiden. Dan saya memang selalu menghormati para pelaku tirakat seperti beliau Sultan, kuat sekali puasanya demi lancarnya tugas berat yang diemban beliau, melek malam sudah menjadi kebiasaan beliau…sehingga beliau juga dikaruniai mustajabah doanya.


Menghentikan hujan dalam sekejab...

Waktu itu, saya juga mendapat kesempatan untuk menjadi anggota tim pendamping pembicara nasional Golkar dari Tingkat I Jawa Tengah. Waktu itu yang menjadi Pembicara Nasional dari Golkar adalah juga beliau Sultan. Jadwal yang diagendakan adalah di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah.

Jam 2 siang kami, baik beliau Sri Sultan sendiri serta kami rombongan Tim Pendamping dari Jawa Tengah sudah berada di panggung kehurmatan di Alun-alun besar Purworejo.

Sebelum acara dimulai massa pendukung Golkar sudah tumpah ruah  memenuhi lapangan. Apalagi waktu itu Golkar masih menjadi partai favourit yang banyak didukung oleh masyarakat. Kami, anggota team, sangat terharu atas antusiasme massa pendukung Golkar. Ya Allah, semoga kami para Anggota Tim ini bisa memenuhi semua aspirasi rakyat. Dan semoga kami tidak salah langkah dalam mengemban amanah serta aspirasi rakyat. Begitulah doa kami waktu itu.

Karena siang hari matahari begitu teriknya, masyarakat yang datang berbondong-bondong ingin melihat langsung Sri Sultan serta mendengarkan pidato beliau, mereka banyak yang membawa payung untuk berlindung dari sengatan terik matahari.

Aneh, tiba-tiba saja, langit yang begitu terang benderang berubah menjadi gelap dan hujan turun bagaikan ditumpahkan dari langit. Kami sebagai anggota tim sangat kasihan kepada masyarakat yang membludag itu. Dan menurut pikiran kami, sebelum acara dimulai maka masyarakat akan bubar pulang karena hujan yang begitu derasnya.

Kami anggota tim yang berada diatas panggung tak kehujanan meskipun baju jas uniform kami juga akhirnya sebagian basah oleh tampias hujan. Saya yang berada persis dibelakang Sultan duduk dan ibu-ibu yang lain serentak berucap :”Sultan bagaimana ini?”. “Tenang saja ibu, semuanya akan baik-baik saja” Kata Sultan. Sesudah itu saya lihat Sultan lalu bersedekap tangan beliau didepan dadanya. Muka beliau , menunduk seperti sedang bersemedi. Maka ajaib, tiba tiba seperti ada angin yang meniup, pelan namun pasti hujan langsung reda dan langit cerah kembali memanas seperti semula. Subhanalloh...

Kami semua anggota team menjadi lega. Alhamdulillah Ya Allah. Telah Engkau singkirkan hujan ini dari kami, sementara kami sedang memerlukan cuaca yang terang benderang. Maka suasana tidak panas lagi menyengat, namun berganti dengan kesejukan karena baru saja tersiram hujan.

Itulah kharomah sosok kekasih Allah SWT, selalu saja doanya sangat mustajabah. Kenangan manis ini tentu tak bisa kami lupakan dari ingatan kami. Apalagi bagi saya yang pernah punya kenangan special ditepuk pundak saya oleh seorang Raja Jawa beneran he he…Bukan seperti “Raja Jawa KW.Mulyono”

Bukan hal itu yang ingin saya tonjolkan disini, bukan masalah karomah-karomah yang Allah berikan kepada beliau-beliau semua. Bahwa siapapun yang dekat kepada Allah dan dicintaiNya, tentu oleh Allah SWT akan diberikan ilmu yang langka dan tak dimiliki oleh banyak orang. Ilmu dan kharomah-kharomah yang sebenarnya bukan menjadi niat dan tujuan beliau-beliau mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Semua itu hanyalah bonus bagi beliau-beliau dari Allah SWT, bagi para hambaNya yang banyak bersyukur, rajin bermunajad dan suka bermujahaddah kepada Allah SWT.

Jadi ayuk berjuang untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bukan untuk sekedar mendapatkan ilmu-ilmu ataupun kharomah-kharomah, namun untuk mendapatkan Cinta dan RidhoNya.

Oke, saya akhiri sekian dulu ya teman, "Kharomah Sri Sultan Hamengkubuwono Ke-IX", semoga bisa kalian ambil hikmahnya.

Alhamdulillahirabbil’alamiin.

Terima kasih atas kunjungan kalian di Blog ini. Semoga Allah SWT. seniantiasa melimpahkan ampunan, keselamatan serta keberkahan yang luas kepada kita sekalian. Amin Yaa Robbal’alamin.

Edisi Revisi, Purworejo 31 Agustus 2024

Salam Tauhid Penulis,
NiniekSS

Labels: KISAH NYATA

Thanks for reading KAROMAH SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO KE – IX. Please share...!

0 Komentar untuk "KAROMAH SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO KE – IX"

Back To Top