BERTEMU “KHIDIR” YANG PERTAMA BAG-2
Oleh : NiniekSS
Bismillah,
Sudah membaca Cerita Pertama bagian 1-nya belum ? Ini nih Disini !
Met jumpa lagi sahabat-sahabat yang saya kasihi dimanapun Anda berada saat ini. Semoga masih senantiasa sehat dan bahagia ya ? Amien…Tadi siang sampe dimana ya kisahku tentang Khidir yang saya sampaikan kepada anda ?
Ufh..agak lupa ni..maklum udah nenek-nenek cu…Oh alhamdulillah sudah ingat lagi sekarang..Tadi sampai ketika saya membayar becak untuk anak muda yang bareng dalam perjalanan bersama saya dari Lumajang sampai ke Jember ya ?
Akhirnya kami berpisah. Kami naik becak masing-masing. Dia ke jurusan makam Mbah Kyai Shiddiq, dan saya mau pulang ke Pondok. Pikiran saya masih terus memikirkan pertemuan dengan anak muda yang sangat aneh itu..
Masih terngiang segala apa yang ia sampaikan kepada saya sepanjang perjalanan dari Lumajang tadi. Tentang yang dia katakan bahwa saya sebelum umur 39 tahun besuk akan banyak didatangi orang yang meminta tolong, bahkan anak muda itupun tadi mengatakan kepada saya bahwa nanti sesampai pondok saya sudah harus menolong orang.
Belum habis keheranan saya terhadap anak muda itu, tiba-tiba saya dikejutkan suara memanggil-manggil : “mbak…mbak…” Saya reflek menoleh mencari sumber suara yang memanggil-manggil dengan suara yang cukup keras itu. Karena becak yang saya tumpangi baru saja beranjak belum jauh.
Ternyata yang memanggil-manggil itu adalah tukang becak yang dinaiki anak muda yang berbaju putih-putih tadi. Tukang becak itu melambaikan tangannya. Memberi isyarat agar kami mendekat kearahnya. Becak kamipun berbalik arah mendekati becak yang ditumpangi anak muda berbaju putih tadi.
Setelah dekat…supir becak yang ditumpangi anak muda itupun bertanya kepadaku : ’Mbak…itu anak muda yang berbaju putih-putih itu siapa to ?’
Saya jawab :’Lho memangnya kenapa pak ?..’ tanyaku penasaran, karena anak muda berbaju putih itu sudah tidak ada dalam becaknya.
‘Hilang tiba-tiba mbak’ katanya.’Lho hilang gimana pak ?”Ya tiba-tiba saja sudah tidak ada dibecak mbak..’ Trus saya katakan apa adanya kepada tukang becak yang ditumpangi oleh anak muda berbaju putih tadi, bahwa saya tidak tahu tentang anak muda tadi.
Saya katakan bahwa kami hanya secara kebetulan satu perjalanan dari Lumajang sampai ke Jember tadi. ’Yah sudahlah tak usah dipikirkan, maaf ya pak ni sudah mau maghrib’ kataku kepada tukang becak yang ditumpangi anak muda itu, seraya mengajak tukang becak yang saya tumpangi agar segera mengayuh becaknya mengantar saya pulang ke pondok.
Singkat kata sampailah saya ke pondok. Belum habis keheranan saya memikirkan tentang anak muda yang penuh teka-teki itu tiba-tiba dari arah pondok anak-anak berteriak menyambut kedatangan saya : ‘mbak Nien…mbak Nien…’
‘Ada apa ?’ tanyaku tergopoh-gopoh melihat anak-anak menghampiri saya yang belum turun dari becak.
‘Itu mbak..anak-anak mbak…’ ‘Anak-anak kenapa ?’ tanyaku lagi.
‘Anak-anak pada kerasukan setan mbak..’Mendengar laporan anak-anak seperti itu saya sangat terkejut dan bingung.
‘Lha ibu dimana ? (maksudku ibu Nyai). ’Ibu sedang pergi mbak….’
Wah gawat pikirku. Apa yang mesti kuperbuat kalau begini. Ibu sedang tidak berada di Pondok, mana saya sama sekali tidak tahu menahu bagaimana caranya mengusir setan dari tubuh manusia. Trus siapa yang harus saya hubungi karena disitu kami semua tidak pernah kontak dengan laki-laki.
Waktu itu ada delapan anak yang kerasukan setan. Berkelojot-kelojot ditanah sambil mulutnya berteriak-teriak tak karuan, matanya melotot seperti orang yang penuh dosa sedang menghadapi sakaratul maut.
Dengan setengah takut saya mendekati mereka. Tiba-tiba seperti ada kekuatan dan keberanian yang saya tidak mengerti darimana datangnya serta merta saya pukul tubuh salah satu anak yang kerasukan tadi dengan cukup keras sambil mulut saya berteriak : ‘Pergi..ini rumah Alloh..ayo pergi..kalau kamu tidak mau pergi dari sini akan kuhancurkan kamu sekarang juga ! ayo pergi !!!..’
‘Subhanallah…’ tanpa saya sadari dan saya mengerti mengapa, tiba-tiba anak kerasukan yang saya pukul tadi langsung sadar…
‘Allohu Akbar…Alhamdulillah…” teriak anak-anak rame gembira melihat temannya sudah sadar.
Seperti reflek, tangan saya langsung diseret sama seorang anak menuju kearah anak yang kerasukan yang lain. Karena mereka tidak berada disatu tempat, tetapi berserakan. Mereka ada didekat kamar masing-masing. Sayapun seperti mendapat ilmu dan pengalaman baru..Satu demi satu ketujuh anak kerasukan yang lain saya coba sembuhkan dengan cara yang sama dengan anak yang pertama kuusir setannya tadi.
Alhamdulillah…Alloh Maha Besar…
Kedelapan anak tadi lalu bisa sadar semua. Akan tetapi anak yang terakhir saya usir setannya terpaksa harus dirawat kerumah sakit karena dia ternyata menderita lemah jantung.
Dengan lemah lunglai kembalilah saya menuju kekamar pondokan saya. Masih ada waktu untuk mandi sebelum sholat jamaah maghrib. Ibu Nyai belum pulang dari luar kota, sholatpun diimami mbak-mbak yang senior.
Selepas sholat maghrib semestinya ada pengajian rutin. Tetapi saya ijin untuk tidak ikut. Alasan saya capek karena baru saja dari luar kota. Mbak-mbak senior bisa memakluminya dan memberiku ijin tidak ikut ngaji.
Saya berbaring ditempat tidur saya. Tempat tidur kehormatan yang diberikan oleh ibu Nyai kepada saya entahlah atas dasar alasan apa mengapa ibu memperlakukan saya sangat spesial. Sejak awal mondok saya tidak diijinkannya untuk tidur dilantai bersama anak-anak yang lain dalam kamar secara rame-rame sebagaimana kamar-kamar pondok yang lain, satu kamar biasanya bisa dihuni sampai 8 sampai 10 orang.
Saya diberinya kamar spesial. Satu kamar hanya untuk saya sendiri. Tempat tidurnya dari besi berukir sederhana, ada kasurnya yang cukup nyaman untuk tidur dan beralas sprei batik warna merah hati yang terpasang waktu pertama kali saya datang. Saya ingat betul itu..
Kamar itu berada dibelakang aula cukup luas, untuk mengaji sekitar 150 orang. Disebelah depan untuk ruang perpustakaan yang tidak dibuka setiap hari, hanya kadang-kadang saja apabila ada anak yang memerlukan literatur untuk pelajarannya. Kesannya cukup membuat bulu kuduk berdiri..
Pantas waktu pertama kali saya tidur disitu sendirian (satu rumah), paginya saya ditanya sama anak-anak :’Mbak Nien,kok pemberani banget ya ? tadi malam bisa tidur ga mbak ?..’
‘Ya bisalah yauw..memangnya kenapa ?’ tanyaku kepada anak-anak.
‘Gak papa kok mbak…’ jawab mereka, ragu-ragu seperti menyembunyikan sesuatu.
‘Ada hantunya apa ?’ tanyaku asal saja kepada mereka.
‘Lho kok mbak Nien tahu ?’ tanya mereka penasaran.
‘Tahu apanya, saya ga tahu apa-apa kok, dan semalam saya tidurnya malah nyenyak banget..spreinya dingin..wangi..sepi gak ada yang ngganggu..gimana mau gak bisa tidur ?’ saya nyerocos memberi penjelasan kepada anak-anak yang mengerumuni saya.
‘Ah sudahlah gak usah dibahas sekarang, nanti kita ketinggalan jamaah subuh lagi. Ayo pada istirahat...' Kataku pada anak-anak.
Malam itu sepulang dari lumajang saya benar-benar tak bisa tidur..memikirkan anak muda yang saya temui siang tadi. Benar juga apa yang dia katakan. Katanya tadi siang, sepulang saya sampai kepondok saya sudah harus menolong orang. Benar sekali. Belum sampai masuk kamar saya, saya sudah harus menolong anak-anak yang kerasukan setan.
Urusan ini tidak tanggung-tanggung…
Biasanya urusan ngusir setan kan dilakukan oleh seorang Kyai, Ustad atau orang-orang yang memang sudah fasih baca Qur’an. Tetapi tadi, mengapa saya bisa melakukan ini semua. Padahal saya ngaji Bismillah saja belumlah khatam.
Ada apa dengan ini semua ?
Kali ini tubuh saya benar-benar lemah lunglai tidak karuan. Rasanya seperti orang mau jatuh sakit. Setelah sholat isya’ sendirian (karena mau melangkahkan kaki untuk menuju ke musholla besar badan terasa sudah tak kuat lagi). Hari ini benar-benar banyak kejadian aneh yang tidak saya mengerti dan tidak saya sadari.
Proses apakah ini ?
Paginya saya benar-benar jatuh sakit. Badan panas dingin, mau muntah tak bisa keluar. Tak ada nafsu makan blas. Saya sudah dikeroki sama anak-anak, juga dipijit ala kadarnya. Saya tidak minum obat dan tak pergi kedokter. Saya sangat alergi minum obat-obat kimia, jadi walaupun sakit sepanjang masih bisa saya tahan saya emoh kedokter, takut badan saya jadi tong sampah kimia !
Tiba-tiba ada anak pondok yang namanya Nunung..mendekat dan gantian memijit kaki saya. Enak sekali pijatannya. Sepertinya dia punya bakat besar jika mau mengembangkannya nanti, setidaknya untuk keluarga sendiri. Lama dia memijat ada satu jam..sudah berkali-kali kusuruh untuk berhenti, tapi tetap saja jari-jarinya memijit seluruh badan saya.
Tiba-tiba dia punya usul :’Mbak Nien, baiknya mbak Nien urut yang beneran aja mbak.., dibelakang pondok ini ada tukang pijat mbak, besok aku antar ya ?
Entah mengapa saya cuma mengangguk menerima tawarannya, tanpa komentar apapun. Akhirnya keesokan harinya saya diantarnya kebelakang pondok untuk mencari tukang urut yang dia katakan kemarin. Habis ashar kami berangkat dari pondok. Aneh ! kami sudah ketemu dengan empat tukang pijat..tapi tak satupun yang mau memijat saya..Ada yang beralasan lagi kurang enak badan, ada yang beralasan mau bepergian, dan ada yang terang-terangan bilang kalau tak berani memijat saya.
Saya sudah nyaris putus asa karena rasa badan sudah tidak karu-karuan, saya paksakan jalan kaki untuk mencari tukang urut. E...ini sudah ketemu sampai 4 orang kok semuanya tak sanggup memijit saya dengan berbagai alasan. Tapi Nunung terus memberi semangat kepada saya ‘sabar ya mbak…semua ini ujian mbak..jangan kuatir..masih ada satu lagi yang belum kita samperin mbak’ katanya menghiburku.
‘Ah sudah pulang aja lah Nung..aku sudah tidak kuat..’
‘Nanggung mbak sudah sampai sini. Oke begini aja mbak satu kali lagi kita cari ya mbak, nanti kalau yang ini ketemu juga gak mau pijat mbak Nien,ya udah kita pulang’
Akhirnya saya setuju. Kami berjalan lagi menyusuri gang demi gang untuk sampai kerumah tukang pijit yang mau kami kunjungi. Sampailah kami disuatu rumah. Sepi. Tak ada siapa-siapa. Tapi pintu depan terbuka lebar. Aneh. Kami ucapkan salam berkali-kali. Bergantian antara saya dengan Nunung. Tapi tak ada sahutan seperti tak ada orang dirumah itu.
Tiba tiba kami mendengar suara erangan yang teramat lemah, yang datangnya dari kamar depan, dekat dengan pintu utama rumah itu. Tanpa kami sadari kami memberanikan diri untuk memastikan sumber erangan tadi. Saya dengan Nunung menuju kekamar depan. Benar..disitu ada seorang ibu yang sedang terbaring sakit. Rupanya yang mengerang kesakitan itu adalah ibu tadi. Sebelum masuk kamar saya dan Nunung bersamaan mengucapkan salam lebih dahulu. Ibu itupun menjawab salam kami dengan lirih. Setelah itu ibu tadi mempersilahkan kami agar masuk kekamar.
Legalah perasaan kami, lalu kami masuk kedalam kamar karena sudah mendapat ijin dari tuan rumah. Dengan hati-hati kutanya apanya yang sakit. Ibu itu mengatakan bahwa sudah lima hari ini dia terbaring tak berdaya dan tidak ada yang merawatnya. Saya tanyakan ibu itu tinggal dengan siapa dirumah itu. Ibu itu mengatakan bahwa ia tinggal dengan anak laki-laki satu-satunya yang masih seumuran anak SMA. Saya tanyakan kemana anaknya sekarang ? Ibu itu bilang mungkin sedang ke belakang.
Benar saja. Dari arah belakang muncul anak laki-laki seumuran anak SMA mendekat kearah kami. Kami mengangguk dan menyampaikan tujuan kami kesitu sebenarnya mau minta diurut oleh ibunya. Dia bilang :’Maaf ibu sendiri sedang sakit mbak..mungkin kapan-kapan kalau sudah sembuh’
Naluri menolong saya tiba-tiba muncul ketika melihat ibu yang kesakitan tadi tidak tega. ‘Ibu..apa ibu mau saya tolong sebisa saya’ Saya mohon ijin padanya. Ibu itu mengangguk. walau belum tahu apa yang akan saya lakukan. Coba bu tolong dibuka bajunya ya, saya kerok dulu supaya anginnya keluar...
Lalu saya kerok seluruh badannya. Ya Alloh..merah hitam warnanya, menandakan kalau ibu ini masuk angin yang sudah sangat terlambat.
Terus saya minta tolong anak laki-lakinya agar memarut jahe, bawang merah, dicampur dengan minyak kelapa serta dicampur dengan minyak kayu putih kalau ada. Setelah selesai saya kerok, lalu saya urut sebisanya dengan minyak yang dicampur-campur tadi, pelan pelan sambil saya berdoa semoga Alloh ijinkan ibu itu sembuh dari sakitnya karena kasih sayangNya semata.
Beberapa lama kemudian ibu itu kentut berkali-kali yang baunya minta ampun...Tapi saya tidak tersinggung dengan bau kentutnya, bahkan saya sangat bersyukur bahwa Alloh sudah berikan tanda-tanda kesembuhan karena racun yang ada dalam perutnya sudah mulai bisa keluar lewat kentutnya.
Benar saja, tak lama berselang setelah berkali-kali kentut, ibu itupun mulai bisa meluruskan kaki, tidak seperti tadi ketika awal saya datang posisinya meringkuk, lutut sampai hampir menekuk keperutnya saking menahan sakit yang katanya luar biasa.
Saya minta air teh manis panas yang encer kepada anaknya. Lalu saya berikan kepada ibu itu sesendok demi sesendok sampai tetes yang terakhir.
Subhanallah…setelah segelas teh itu habis…tiba tiba ibu itu kepingin bangun. Saya bilang jangan bu, ibu sebaiknya istirahat dulu. Dan saya berpesan sebaiknya jangan makan nasi keras dulu, tapi usahakan makan bubur atau nasi lembek..Saya tanyakan kepada anak laki-lakinya bisa tidak nanak nasi yang lembek ? kalau tidak bisa biar untuk makan nanti saya buatkan dipondok. Anak itu mengangguk. Sayapun lega.
Tiba-tiba saya melihat ibu itu sudah bangun dan duduk dipinggir tempat tidur, meski masih terlihat lemas, tapi sudah tidak menahan sakit. Dia lalu menangis, mengucap syukur alhamdulillah dan mengucapkan terima kasih yang sangat kepada kami berdua yang telah menolongnya dari ambang kematian katanya.
Karena waktu sudah sore maka kamipun pamitan dengan membawa segudang kelegaan dan rasa syukur yang sangat kepada Alloh karena telah diijinkanNya untuk menolong orang yang sangat membutuhkan…tanpa terasa saya malah jadi lupa dengan sakit yang saya rasakan sebelumnya. Aneh..Saya menjadi segar bugar seperti tidak terjadi apa-apa dengan diri saya seolah olah saya ini tidak sedang sakit. Demam sayapun sirna sudah. Sampai dipondok anak-anak sudah menunggu..
‘Enak ya mbak habis urut ?’
‘Dah sembuh ya mbak setelah diurut ?’
‘Alhamdulillah…”
Celoteh anak-anak dengan opininya sendiri-sendiri.
Tiba-tiba Nunung menjawab : ‘Apa..wong mbak Nien itu tadi bukannya urut tapi malah ngurut dan nolong ibu dibelakang yang sudah sakaratul maut tahu ndak ?’..Kerumunan anak-anak semua bengong..
Nah itu baru bagian awal dari kisah pertemuan saya yang pertama kali dengan orang ghoib yang pada akhirnya saya yakini sebagai Nabi Khidir As, Nabi yang diyakini masih hidup sampai kini oleh sebagian orang termasuk saya, dan diburu oleh orang-orang tertentu untuk bisa bertemu.
Berkah yang saya rasakan hingga kini adalah ya sejak saat itulah apa yang pernah disampaikan oleh beliau kepada saya benar adanya…Sejak saya bertemu dengan beliau itu sampai sekarang saya harus selalu menolong orang. Padahal saya tidak tahu apa-apa. Saya hanya punya keyakinan Lahaula wala quwwata ila bilahil ‘aliyul ‘adziim.
Sesudah pertemuan itu, saya masih beberapa kali bertemu dengan beliau Nabi Khidir As, nantikan kisah saya selanjutnya yaa ?.
“ Semoga dapat diambil hikmahnya…”
Terima kasih atas kunjungan kalian di Blog ini. Semoga Allah SWT. seniantiasa melimpahkan ampunan, keselamatan serta keberkahan yang luas kepada kita sekalian. Amin Yaa Robbal’alamin.
Pertemuan Ke-2nya Ada Disini nih !
Edisi Revisi, Purworejo 13 Agustus 2024
Salam Tauhid Penulis,
NiniekSS
Disalin dari "PELITA RUHANI" Akun milik sendiri NiniekSS
Thanks for reading BERTEMU “KHIDIR” YANG PERTAMA BAG-2. Please share...!
0 Komentar untuk "BERTEMU “KHIDIR” YANG PERTAMA BAG-2"